Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Kamis, 20 Januari 2011

Letter to You: "Pak Pos."

Percaya tidak, mimpi adalah bagian dari pengiriman pos kota yang kau ingin musnahkan atau harapkan?

Ya, tidur siang yang melelahkan. Entah datang dari Ancol, Kebun Raya, atau Kawah Putih; aku yakin satu, hanya satu.

Mimpiku tak tahu sopan santun, aku sudah mulai biasa mengarungi kenyataan, mengapa bisa dibawa arus air padang pasir, seperti kehausan di siang bolong, aku tahu ini bukan mimpi buruk tentang hantu sundel bolong, melainkan mimpi usang.

Aku tak keberatan jika kedatangan lagi, karena aku akan teriak-teriak di telinga Pak Pos, "entahlah kenapa kau kirimkan yang sudah-sudah?"

Aku belum tahu Pak Pos membalas apa, tapi aku akan menyela, "sudah, sudah.. Aku letih."

Tidak ada komentar: