Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Kamis, 29 Maret 2012

Alam dan Tangan Kanan Hari


OH! Jejak sempit melawan keterbuaian pada yang lalu-lalu


Alam telah mendambakan kicauan burung-burung yang tak bisa terbang
sedangkan hari batuk-batuk hingga pusing sebelah meracau pada yang kacau

Alam bilang, mengapa kau berkeluh kesah pada yang basah,
sedangkan kau tak menangkis air, kau tak mencoba, kau tak pernah mencobanya

Alam marah pada yang hari-hari berangsur kelam
penuh umpatan, kecaman, teriakan, dan mereka lupa makan

Padahal,
alam telah memberikan hamparan beras kesukaannya

Maka,
hari tak kunjung makan

Hari bilang, aku telah hancur berkecepatan lebih dari pencapaian puncak maksimal,
aku telah habis dimakan waktu, aku tak bisa menangis,
hanya kau yang bisa menangis menghujani panasnya aku

Hari kelaparan belai kasih lagi mesra pada alam yang telah dirusak tangan kanannya sendiri
Tangan kanannya sendiri yang merusak alam sahabatnya

OH! Jejak sempit melawan keterbuaian pada yang lalu-lalu

Lalu apalagi yang harus kita percaya?

Asdghjshfdkjncudiyudyusahbdsbaxhvzbcmxzmcnxcmbvmcvcvxcnjjjjjjjjjjjjjjjng

Hari pergi ke toko daging,
meminjam bilah-bilah berkilau,
Hari memotong tangan kanannya,
tangan kanannya dipotong

Tangan kanan yang lainnya berdecak rupiah,
tangan kanan hari dijadikan masakan spesial

Lalu apalagi yang harus kita percaya? Sedangkan tangan kanan memakan tangan kanan yang lainnya

Alam tak lagi murka,
Alam
telah
mati
rasa


---
Aulia Vidyarini, 2012