Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Senin, 24 November 2014

Cerpenyet (Cerita pendek banget ny*t): "Bingung Sendiri."

Aku memiliki sebuah cerita. Ini bukan sesuatu yang direncanakan alurnya, tiada konsep atau bagaimana ending-nya. Hanya aliran darah saja yang kupunya.

Cerita ini tentang sebuah kertas origami yang ditinggalkan oleh sang pelipatnya, sehingga ia tampak datar dan selalu begitu.

Suatu ketika, kertas berwarna itu senang mewarnai dirinya sendiri dengan cat hitam, yang dulu dibeli oleh sang pelipat dengan tanpa dipakainya. Entah mengapa, ia tak tampak heran dengan dirinya yang tiba-tiba menjadi bertangan.

Hitam tubuhnya, habis ia tumpahi, lumuri, dan basah semuanya.

Seharusnya ia tahu, sang pelipat membeli itu untuk mewarna yang lain. Tapi mengapa si kertas bertindak bodoh sendirian?

Ketika kubertanya seperti itu, si kertas hanya menghardikku dengan ucapan, “Siapa kamu, hah?”

Aku pun bingung aku ini siapa tiba-tiba bertanya kepadanya.

Ya sudah, aku pun jadi bingung sendirian.





Copyright 2011 Aulia Vidyarini