Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Minggu, 20 Desember 2009

L AR I LAR I LA RI L A RI L A R I

SAYA
INGIN
PULANG
SAYA
MOHON
SAYA
SEDANG
MUAK
DENGAN
JOGJA

SAYA
SANGAT
MUAK
JOGJA
MOHON
SANGAT
MUAK
MUAK
PULANG
SAYA
INGIN
JOGJA
PERGI
SAYA
INGIN
PULANG
DEMI!

Kamis, 17 Desember 2009

Bukan karena C.A

Bukan lah, Jing
bukan karena bacaan Chairil Anwar muda tentang

Mengenai tangis yang hampir habis
dan aku mulai terkikis
selalu habis bisa nikmat
tidak boleh, tahu?
Aku beribadah
saja ah
tak usah kuliah
bedebah!

---
yk16122009av

Rabu, 16 Desember 2009

Selasa, 15 Desember 2009

"Sorot Asa dalam Gelap"


terimakasih
untuk Anda bapak yang ramah
untuk Anda bapak
yang ekspresi
mewaktu
berdiri di samping matahari
untuk Anda bapak yang mengerut dahi
untuk Anda bapak yang kembali
ramah
saat kami pamit

menjadi penutupan tugas fotografi saya selesai!

Jumat, 31 Juli 2009

Biografi: Sid Vicious


Sid Vicious


Saya sudah tahu jika Sid Vicious meninggal over dosis, tapi saya baru tahu detailnya ketika saya penasaran setelah teman saya bilang pedihnya kisah Sid Vicious, tadinya saya mau menunggu dia menceritakan tapi besoknya mumpung saya ada lagi di warnet saat mau browsing untuk tugas aksara tokoh tipografi.



Sex Pistols


Awalnya saya lelah membaca karena saya tidak terlalu kuat membaca lama-lama di layar komputer, tapi saat sudah larut dalam cerita hidupnya -- maaf kalau terkesan lebayisme, tapi asli ini mah, saya memang begini, dan kisahnya pun membuat saya begini -- akhirnya sampai saya ingin melihat film pendeknya yang ia bersama teman-teman band-nya (Sex Pistols) dan pacarnya yang sudah meninggal juga (Nancy Spungen), yang berjudul Love Kills dicari lewat youtube namun sayangnya tidak full.
Akan saya tampilkan biografinya yang saya baca di wikipedia bahasa indonesia, maaf hanya copas hehe :P
--------------
Sid Vicious (nama asli: John Simon Ritchie-Beverely, lahir di London, Inggris, 10 Mei 1957 – wafat di New York, Amerika Serikat, 2 Februari 1979 pada umur 21 tahun) adalah penyanyi dan basiss punk asal Inggris yang merupakan anggota band Sex Pistols.

Latar Belakang
John Simon Ritchie-Beverrly lahir di London pada
10 Mei 1957 ibunya adalah anne, tapi Sid kecil lahir tanpa didahului stastus perkawinan sah dari kedua ortunya.
Sang ibu, yang punya nama gadis Anne Randall, tertarik dengan seorang lelaki yang bernama John Ritchie sewaktu masih tinggal di
London sebelah Tenggara. Pertemuannya ditandai dengan masuknya Anne ke dalam Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Mereka tinggal bersama di kawasan Lee Green. Dan dari hubungan itulah Sid lahir.
Sayangnya, begitu lahir, John yang harusnya bertanggung jawab malah pergi meninggalkan Anne. Jadi, Sid yang dulu masih dipanggil Simon cuma punya Anne sebagai orang tua yang membesarkanya. Ketika Sid berumur tiga tahun, dia dibawa jalan-jalan sama ibunya ke
Ibiza, Spanyol. Ceritanya, Anne pengen keluar dari masalah yang dialaminya di London. Eh, bukannya seneng, Anne malah tambah dililit utang. Akhirnya dia terpaksa pulang dan hidup bersama ibunya. Buat hidup, dia bekerja di sebuah pub jazz.

Sekolah
Sid juga udah mulai masuk SD di
Soho Primary School. Tapi toh akhirnya Sid harus berpindah-pindah sekolah gara-gara terus-terusan jadi korban ejekan teman sekolahnya. Nggak heran kalo Sid lebih memilih jadi penyendiri.
Sebenernya setelah itu Sid dan ibunya Anne hampir aja bernasib mujur gara-gara Anne diajak kawin sama Chris Beverley, seorang pria mapan asal
Oxford yang juga berniat mengadopsi Sid . Eh, begitu Simon mau diadopsi, Chris ini meninggal karena sakit. Anne yang udah ganti nama jadi Anne Beverly pun sendirian lagi. Tapi kali ini kehidupan mereka lebih mapan karena Chris berasal dari keluarga kaya. Simon pun masuk di sekolah swasta yang mahal.

Drop Out
Tapi bersekolah di sekolah orang kaya ternyata malah membentuk jiwa Simon (Sid) jadi pembangkang. Mungkin dia udah muak sama peraturan sekolah itu yang kelewat ketat. Contohnya aja, dia cuek biang ke senior-seniornya kalo dia udah nggak percaya lagi sama yang namanya Tuhan.
Udah gitu, di umur 14 tahun dia mulai suka melakukan hal-hal aneh di kamarnya. dia suka banget pake baju perempuan sambil ngaca. "Tapi gue cuma ngelakuinnya sekitar dua bulan. Gak tau kenapa, gue suka eksperimen dengan seks. Gue nggak tertarik dengan straight sex waktu itu," kata Simon.
Anne kebingungan menghadapi perubahan sikap Simon. Bayangin aja, keluar masuk sampai lima sekolah dan selalu bayar mahal untuk pendaftarannya. Tau diri, Akhirnya Simon memutuskan untuk men-DO-kan diri dan mulai bekerja serabutan. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai buruh di sebuah pabrik. Tapi nggak lama, Simon pun pengen sekolah lagi. Dia akhirnya nekat ngambil sekolah fotografi di
Hackney College of Futher Education.
Disinilah dia bertemu dengan
John Lydon yang jadi sohib kentalnya bertahun-tahun. Bersamanya, dia terobsesi dengan musik glam rock yang dulu diusung Marc Bolan dan David Bowie.
Saking gilanya dengan David Bowie, kamar Simon juga dipenuhi poster Bowie. Karena seneng sama keluarga kecil Simon, John akhirnya memutuskan untuk tinggal di kamar Simon. Mereka berdua sering ngelakuin hal gila kayak bereksperimen dengan dandanan. Simon asik ngecat kukunya dengan pernis yang mengkilat dan jalan-jalan pake sendal. Trus si John sibuk bikin rambutnya jadi kriwil-kriwil jadi gede banget.

Ganti Nama
Karena kelakuan Simon makin gila, Anne dan Simon melakukan "gencatan senjata". Hasilnya, mereka berdua sepakat untuk berpisah sementara. Simon gantian tinggal sama John di belakang stasiun kereta api. Lewat John pulalah Simon berganti nama menjadi Sid Vicious. Konon, nama Sid diambil dari nama tikus piaraan John. Sementara Vicious dikasih gara-gara tikus itu pernah menggigit tangan bokap John. Jadilah Sid Vicious.
Pertemanan mereka berdua emang unik karena saling mengisi. John menularkan sifat humorisnya kepada Sid yang penyendiri. Sementara John jadi ketularan cool dan sedikit punya dark side. Tapi mereka berdua punya kesamaan. Dan apalagi kalo bukan
narkoba. Mereka berdua pernah nenggak speed dalam suatu pesta. Eh, begitu digerebek polisi, Sid dan John malah nyerang tuh police sampe gigi depannya copot.
Untuk melanjutkan hidup, mereka berdua kerja serabutan lagi. Dari kerja direstoran, toko sepatu sampe ngamen di stasiun kereta bawah tanah pun mereka lakoni. Ada yang Lucu soal ngamen di stasiun kereta. Ceritanya Sid udah siap dengan gitar, sementara John udah siap dengan biolanya. Tapi ada satu masalah. Mereka sama sekali nggak bisa memainkannya. Man, yang ada mereka cuma joget-joget sambil megang instrumen itu sambil nyanyiin sebuah lagu dari
Alice Cooper berulang-ulang.
Kalo cara-cara diatas masih kurang juga, Sid nggak takut ngelanggar hukum juga. Dia nekat jadi bandar
narkoba walaupun dalam jumlah yang sedikit. Gilanya lagi, Sid kadang juga nekat nyari duit di bar gay. Dia kadang rela ditanggap kalo lagi mabok dan dapet duit darisana.
Di saat itu Sid dan John juga punya geng yang suka nongkrong di suatu toko clothing di kawasan King’s Road. Toko yang punya nama Sex ini nantinya akan jadi titik awal masuknya Sid ke
Sex Pistols. Geng Sid isinya empat orang yang menamakan dirinya Four John. Four John disini adalah karena anggotanya semua bernama John . Seperti yang sudah disebut, Sid punya nama John Simon, terus ada John Lydon, John Wardle dan John Gray.
Pemilik Sex, Malcolm McLaren dan Vivienne Westwood udah ngerti banget kalo keempat orang ini gila semua. Mereka benci yang namanya kemewahan dan glamoran kalangan jet set Inggris. Terus kadang mereka suka iseng ngebakar tangan mereka dengan rokok dan hal-hal menyakitkan lainnya.
Agustus 1975, Malcolm McLaren, pemilik toko "Sex" berniat untuk merombak tokonya. Dia udah punya konsep terbaru untuk bikin tokonya laku jadi tempat tongkrongan. Selain menjual berbagai macam asesoris punk, dia juga menjual fetish gear dan berbagai macam barang-barang dari kulit asli.
Bersamaan dengan itu, Malcolm juga ingin tokonya jadi pusat tongkrongan anak-anak punk yang lagi menjamur di London. Dia berharap bisa melesatkan tren punk ini lewat "bengkel kebudayaannya". Caranya, ya dia juga jadi pemandu bakat yang nyari band-band punk yang mau diorbitkan.
Kebetulan, dia juga udah punya orang-orangnya. Di sana, udah ada gitaris
Steve Jones, bassis Glen Matlock dan drummer Paul Cook yang sedang kerja part-time di Sex. Kebetulan mereka udah direken sebagai pemusik dadakan yang punya masa depan oleh Malcolm. Sekarang tinggal nyari frontman.

Jhony Rotten
Nah, kebetulan (lagi) John Lydon yang masih sering nongkrong di Sex bisa menarik perhatian Malcolm. Atittude yang gila dan urakan bikin cowok yang pernah jadi manajer
New York Dolls ini kesengsem.
Nggak begitu lama, John Lydon pun diaudisi. Lagunya… tetep Alice Cooper! Man, tapi suara John yang rada fals malah bikin cowok pirang ini diterima masuk band. Biar makin nge-punk, Malcolm mengganti nama John Lydon menjadi
Johnny Rotten. (padahal dia baru aja ngeganti nama sahabatnya jadi Sid Vicious!). So, berdirilah Sex Pistols dengan empat formasi: Johnny Rotten, Paul Cook, Glen Matlock, dan Steve Jones.
Penampilan mereka yang pertama adalah di
St. Martin School of Art di West End pada 6 November 1975. Mereka dianggap membawa musik baru yang "berbahaya" karena jelas-jelas nggak enak didenger (apalagi suara vokalisnya) dan liar. Well, itulah yang dibawa Sex Pistols di awal-awal kemunculannya. Istilah punk pun mulai dikenal orang banyak. Steve Jones malah membuat pernyataan yang sampe sekarang dikenal orang sebagai imej Sex Pistols. Dia bilang, "We’re not into music, we’re into chaos!" Jadi punk itu emang 90 persen attitude, selebihnya musik.
Sampai tahun
1976, demam Sex Pistols melanda Inggris. Semua orang membicarakan band gila ini. Salah satu dari fans itu terselip Sid Vicious. Dia malah sempet ngiri gara-gara sahabatnya jadi vokalis band yang pertama dia liat penampilannya di Sex pada December 1975 itu. Lucunya, hubungan Sid dan Johnny yang dekat nggak ketauan personel Pistols lainnya.
Sid pun berusaha pengen kenal dengan anggota band lainnya. Kayak pengen diakuin, Sid selalu ingin membantu Pistols yang kadang beraksi nggak wajar. Bayangin, nih band nggak mau tampil berdasarkan jadwal. Pengennya langsung tampil dadakan, dan kalo bisa di tempat yang nggak lazim. Tentu aja yang marah adalah pihak keamanan. Kalo udah gini, Johnny dkk sering mengancam akan berbuat rusuh. Nah, kalo udah ada komando rusuh dari Johnny, Sid pasti turun tangan bantuin Pistols.

Band Rusuh
Attitude punknya makin lama makin menjadi. Parahnya, Sid juga mengonsumsi narkoba jenis speed yang kadang disuntikkannya. Kalo udah gini, dia sering banget terlibat perkelahian di bar dan di pertunjukan band. Rasa cintanya sama band punk juga makin timbul gara-gara mendengar album pertama
The Ramones. Malah, bassisnya, Dee Dee Ramones, dijadikannya sebagai hero.
Sayangnya, kelakuan Sid makin menjurus ke arah brutal. Setiap Pistols manggung, pasti ada keributan. Dan dalangnya pasti Sid Vicious. Dia pernah menghajar orang yang dudukin tempat Vivienne Westwood (temannya, desainer yang juga merancang pakaian di Sex) tanpa bilang-bilang. Entah cari perhatian atau nggak, tapi Sid lantas makin jadi icon buat Pistols. Apalagi dalam press release Pistols ada pernyataan "We Hate Everything". Pers makin yakin kalo Pistols adalah band rusuh.
Kelakuan Sid selalu dalam rangka membela temannya di Pistols. Dia malah pernah ribut sama sebuah band
heavy metal gara-gara mereka nggak mau minjemin alat ke Pistols. Alhasil, Sid digebukin. Baginya nggak apa-apa digebukin asalkan ngebela temen. Sid pun mulai dapet perhatian dari anggota Pistols lainnya.
Juni 1976, Pistols udah menguasai Inggris. Pistols udah jadi icon di punk scene London. Bersama mereka Sid juga menjadi perhatian di scene itu. Mereka selalu memakai pakaian dari Sex. Well, mungkin inilah suatu bentuk promosi endorsing. Ternyata sponsor pakaian udah terpikirkan oleh industri punk pada masa itu.
Sid juga sempet membentuk kelompok pecinta Sex Pistols bersama
Billy Idol dengan nama Bromley Contingent. Nggak cuma itu, dia juga sempet membentuk band dengan nama Siouxie and The Banshees. Selain itu dia juga sempet membentuk band iseng bernama The Flower of Romance. Dibilang band iseng karena dibentuk di studio, nggak pernah bikin rekaman, dan malah nggak pernah manggung. Dasar!
Tapi trademark rusuh makin lekat pada Pistols. Salah satu peristiwa dahsyat itu terjadi di
100 Club Punk Festival. Pada saat Pistols manggung, Sid melempar gelas ke arah panggung. Tapi gelas itu malah membentur pilar ruangan. Pecahannya mengenai mata seorang pengunjung cewek. Belakangan diketahui kalo cewek itu jadi buta lantaran insiden itu. Alhasil, Sid ditahan polisi. Pistols didenda. Pers menjuluki Sid sebagai anggota ke-5 Pistols. Ujung-ujungnya 100 Club nggak boleh ngadain gig lagi. Apes!
Lagi dirundung masalah, ternyata ada kabar bagus. Malcolm, sang manjer berhasil nembusin Pistols ke label
EMI dengan advance sebesar 40 ribu pound. Man, angka itu gede banget untuk ukuran band yang belum dikenal. Tapi karena udah nggak boleh manggung, EMI jadi ngerasa malu punya band bengal.
Tapi lagi-lagi Sid datang menolong. Pistols pun diselundupin di setiap festival punk. Band The Flower of Romance jadi cover-na. Begitu The Flower dipanggil, yang muncul malah Pistols. CaDas!!!! Seru abis.
Di balik serunya kerusuhan Pistols, ternyata band ini punya masalah intern. Siapa yang ngira kalo ternyata sang bassis
Glen Matlock nggak disuka ma personel lainnya. Alasannya karena dia terlalu kalem dan berasal dari kelas menengah. Terus? Ya, ternyata kondisi itu dianggap kurang radikal oleh personel lain.
Mereka pun berpikir untuk menendang Glen Matlock keluar. Dan… enter Sid!

Akhir Hidup Rocknrollstar

Film
"Sex Pistols bubar gara-gara Sid Vicious. Sid Vicious yang terlalu dekat dengan pacarnya
Nancy Spungen .Kami udah muak ngeliat tingkah violence-nya. Gara-gara dia juga, konser kami di Winterland berantakan," begitu kata Steve Jones kepada tabloid musik Inggris NME.
Udah gitu praktis Steve dan Paul Cook cabut nggak mau ketemu Sid lagi. Sementara Johnny Rotten langsung hilang tanpa kabar. Malcolm sebagai manajer pun udah ngerasa kalo band yang dikelolanya udah nggak mungkin bisa diterusin.
Tapi bukan manajer kalo nggak bisa mencari peluang. Di antara kericuhan Pistols, Malcolm pun akhirnya tetap memutuskan untuk memanajeri Sid. Soalnya ada seorang sutradara yang tertarik mau membuat film dokumenter dan musikal berjudul
Rock n Roll Swindle. Film ini sebenernya cuma film dokumenter musik yang dibalut sama perjalanan karir Sex Pistols. Serunya, syuting film ini dilakukan di Paris. Dan lucunya, cuma Sid yang jadi pusat perhatian. Sementara personel Pistols yang lain ogah berangkat ke Paris, Johnny Rotten cuma kebagian diwawancara terpisah. Sementara Steve dan Paul nggak pernah muncul.
Februari 1978, Sid berangkat bareng Nancy ke Perancis untuk syuting. Di Paris mereka hidup mewah di hotel mahal. Maklum, mereka kan dibayarin sama label. Malah, sebelum menginjakkan kaki di Paris, Sid sempet OD pas pesawatnya transit di New York. Das! Yang ada dia langsung dibawa ke RS Jamaica untuk di-detox.
Balik ke syuting film, Sid emang nggak suka sama film. Makanya, part adegannya nggak sukses terus alias jelek. "Gue nggak suka akting. Abis jadi orang yang bukan diri kita sendiri. It’s all bullshit!" kata Sid.
Seluruh kru film sempet bingung ngebujuk Sid untuk berakting. Akhirnya cuma Nancy doang yang bisa membujuknya untuk mulai akting. Syaratnya, Sid dibolehkan ngerombak lagu ciptaan
Paul Anka yang berjudul 'My Way' (yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra). Ada bagian lirik lagu My Way yang diacak-acak menjadi I ducked the blows / I shot it up / and killed a cat. Gila!
Waktu adegan My Way ini digambarkan Sid sebagai solois yang bergaya rapi. Terus di akhir lagu, dia nembakin penonton dengan
pistol. Wah, untung cuma syuting!

Bikin Band
Lagi asik bikin film, mereka balik ke London. Tiba-tiba Sid ketemu sama temen lamanya, Glen Matlock. Masih inget, kan? itu lho bassis Pistols sebelum Sid masuk. Walaupun media menulis soal "persaingan" mereka, tapi sebenernya antara Sid dan Glenn masih terjaga pertemanan-nya.
Setelah nongkrong di bar bareng, mereka sepakat ngebentuk band. Band yang akhirnya diberi nama The Vicious White Kids ini juga mengajak
Rat Scabies dari The Damned dan Steve New. Sid pun naik pangkat jadi vokalis (soalnya udah pasti Glenn yang mengisi posisi bassis).
Pertunjukan pertama band dadakan ini berlangsung sesaat setelah mereka menggelar audisi. Di situ
Nancy ikutan jadi backing vokal. Konser yang diadakan di Electric Ballroom London ini lumayan dapet tanggepan asik dari penonton. Sementara itu, walaupun Pistols udah bubar, Virgin tetep ngeluarin singel Pistols yang belum keluar. Malah lagu 'My Way' juga dilepasnya sebagai singel.
Tapi rupanya
Inggris sudah alergi sama Pistols. Semua singel rilisan Virgin yang berhubungan sama Pistols dilarang diputar di radio-radio. Ya udah, gara-gara merasa dimusuhi Inggris, Sid dan Nancy akhirnya mencoba memutuskan untuk tinggal di New York. Tapi keputusan ini malah membawa mimpi buruk bagi mereka bedua.
Nancy pun berhasil ngomporin Sid dengan hidup slenge’an ala rock star di kota yang punya julukan The Big Apple itu. Begitu sampe di New York, mereka langsung check-in di
Chelsea Hotel, di West 23rd Street. Hotel ini udah terkenal banget sebagai surga narkoba bagi para artis yang singgah di New York.
Sid dan Nancy udah bagai zombie berjalan. Duit 15 ribu pound yang diberi dari Malcolm habis dalam beberapa hari hanya untuk membeli
heroin dan morphine. Nancy udah mengalami gangguan ginjal, sementara kelakuan sadomasochis Sid semakin parah gara-gara drugs. Waktu itu dia belum genap 21 tahun.
Lagi asik-asiknya teler, Sid dan Nancy masih nekat ngeladenin wawancara untuk film punk documentary
Dead On Arrival. Di wawancara itu, cuma Nancy yang sanggup menjawab semua pertanyaaan. Sementara itu Sid udah fly berat dan sesekali mencoba menyundut muka Nancy dengan rokok. Mereka juga sempet datengin scene punk di kota New York. Dan Sid seperti biasa jadi tamu istimewa yang didaulat nyanyi di panggung. Cowok yang doyan pake kalung bermata gembok ini menyanyikan My Way dengan menggantikan total liriknya menjadi I killed the cat. Alasannya, karena dia lupa liriknya.



Nancy Spungen dan Sid Vicious



Nancy Tewas
Kelar acara itu, tepatnya dari awal Oktober 1978, mereka berdua langung mengisolasi diri di kamar hotel. Dan suatu pagi di tanggal 12 Oktober 1978, kamar nomer 100 tempat mereka berdua menginap ramai didatengin polisi New York. Di dalamnya Sid sedang diinterogasi.
"Kenapa kamu lakukan itu, Kid?
"Ngelakuin apa?"
"Kenapa kamu membunuhnya?"
"Gue nggak membunuhnya."
Sid duduk termenung dengan
borgol di tangan. Sementara di bathtub kamar mandi terbaring jasad Nancy Spungen bersimbah darah. Perutnya ditusuk pisau. Banyak teori yang muncul seputar kenapa dan sama siapa Nancy terbunuh. Cuma karena hanya Sid yang selalu bersama Nancy seharian dan pisau yang ditemukan adalah milik Sid, tentunya semua orang langsung menuduh Sid sebagai pembunuh.
Sid dilaporkan turun ke lobby dan berteriak minta bantuan ambulans kepada front office. Tapi bukannya ambulans justru polisi yang dikirim.
Johnny Rotten udah males berkomentar waktu dimintai keterangannya. "Kenapa juga gue harus punya perasaan terhadap ini semua," kata Johnny waktu itu.
Sid langsung di bawa ke penjara
Rikers Island. Selama empat hari dia ditahan di penjara yang terkenal brutal banget itu. Pengadilan kasus Sid digelar tanggal 13 Oktober 1978. Dia menghadapi tuduhan pembunuhan kelas dua. Dengan hukuman minimum 7 sampai 25 tahun, Sid baru boleh bebas dengan membayar uang jaminan 25 ribu pound. Dan untungnya Virgin Records setia membantunya. Pada 21 November 1978 Sid bebas dengan uang jaminan.
Kalo ada orang yang bener-bener setia menemani Sid selain manajernya di saat-saat genting, pasti lah sang ibu, Anne Beverley, yang udah bela-belain tinggal di New York. Manajer dan ibunya ini melakukan apa aja biar kasus pembunuhan Nancy makin jelas. Anne pun nggak segan-segan menandatangani kontrak dengan
New York Post untuk kerjasama peliputan. Sementara Malcolm dilaporkan telah menyewa detektif swasta untuk menyelidiki kematian Nancy Spungen. Di London, kaos bertuliskan Sid Is Innocent udah laku dicari orang.
Namun semua terlambat. Sid udah kehilangan Nancy. Jiwanya jadi terguncang. Malah, di suatu bar, dia nekat mengancam bunuh diri dengan menyiletkan bohlam pecah ke pergelangannya.
Pernah juga Sid mencoba bunuh diri dengan loncat dari jendela hotel gara-gara sakaw. Untungnya Anne dan Malcolm cepat mencegahnya dan langsung melarikan Sid ke rumah sakit terdekat.
Saking udah kehilangan Nancy dan sakaw, Sid akhirnya ngelakuin kerusuhan lagi di sebuah bar bernama Hurrah’s di New York. Di situ dia terlibat perkelahian dengan seorang cowok gara-gara Sid menggoda pacarnya. Malangnya cowok itu terluka sampe membutuhkan lima jahitan. Nggak heran Sid harus menjalani 55 hari di penjara pada tanggal
9 December 1978 sampai dia bebas dengan uang jaminan (lagi) pada 1 Februari 1979.
Hampir dua bulan di penjara ternyata nggak bikin dia sober. Walau dia udah bisa dibilang bersih, tapi keinginan untuk nyuntik tetep besar. So, pas dia keluar penjara, hari itu juga ia menyuntik lengannya dua kali dengan heroin. Wajar aja, karena bukannya dibawa ke tempat yang aman sambil nunggu pengadilan, dia malah dibawa ke pesta temen-temennya. Untuk pertama kalinya Sid nyuntik lagi di tengah malam pas pesta lagi kenceng-kencengnya. Karena udah nggak terbiasa, dia terbangun pukul 3 pagi dan nyuntik untuk kedua kalinya….dan terakhir kali.
Setelah itu, Sid
OD pada tanggal 2 Februari 1979. Ia meninggal disaksikan ibu dan teman-temannya. Waktu itu ia baru menginjak usia 21 tahun.
Tujuh tahun kemudian, sutradara
Alex Cox membuat perjalanan kisah cinta Sid dan Nancy ke dalam sebuah film. Film yang berjudul Sid And Nancy: Loves Kills ini dibintangi Gary Oldman sebagai Sid dan Chloe Webb sebagai Nancy. Di film itu juga diceritakan gimana peristiwa terbunuhnya Nancy (walaupun tetep tidak ditampilkan siapa pembunuh sebenernya).
Well, hidup
rock n roll star ini emang sebaiknya berhenti. Seperti yang udah diramalkan Sid pada Januari 1978. "Gue akan mati sebelum umur 25 tahun. Dan kalo bener, gue mau hidup sesuka gue."

Diskografi

Sid Vicious
My Way/Something Else/C’mon Everybody (1979, 12”, Barclay, Barclay 740 509)
Sid Sings (1979, LP, Virgin, V2144)
Live (1980, LP, Creative Industry Inc., JSR 21)
Vicious Burger (1980, LP, UD-6535, VD 6336)
Love Kills N.Y.C. (1985, LP, Konexion, KOMA 788020)
The Sid Vicious Experience – Jack Boots and Dirty Looks (1986, LP, Antler 37)
The Idols With Sid Vicious (1993, CD, Last Call Records, LC22289)
Never Mind the Reunion Here’s Sid Vicious (1997, CD)
Sid Dead Live (1997, CD, Anagram, PUNK 86)
Sid Vicious Sings (1997, CD)
Vicious & Friends (1998, CD, Dressed To Kill Records, Dress 602)
Better (to provoke a reaction than to react to a provocation) (1999, CD, Almafame, YEAAH6)
Probably His Last Ever Interview (2000, CD, OZIT, OZITCD62)
Better (2001, CD)
Vive Le Rock (2003, 2CD)
Too Fast To Live... (2004, CD)
Naked & Ashamed (7”, Wonderful Records, WO-73)
Sid Live At Max’s Kansas City (LP, JSR 21)
Sid Vicious (LP, Innocent Records, JSR 21)
Sid Vicious McDonald Bros. Box (3CD, Sound Solutions, 003)


Sid and Nancy
Love Kills (1986, LP, MCA, MCG 6011)

Sid Vicious & Friends
(Don’t You Gimme) No Lip/(I’m Not Your) Steppin’ Stone (1989, 7”, SCRATCH 7)
Sid Vicious & Friends (1998, CD, Cleopatra, #251, ASIN: B0000061AS)


Sid Vicious/Eddie Cochran
Sid Vicious v’s Eddie Cochran – The Battle Of The Rockers (LP, Jock, LP 6)

Sid Vicious/Elvis Presley
Cult Heroes (1993, CD)

Vicious White Kids
The Vicious White Kids (1987, LP, Ritchie 1)
Vicious White Kids (2001, CD, Sanctuary, CMRCD372)

Sex Pistols

Filmografi
Sex Pistols Number One (1976, dir. Derek Jarman)
Will Your Son Turn into Sid Vicious? (1978)
Mr. Mike's Mondo Video (1979, dir. Michael O'Donoghue)
The Punk Rock Movie (1979, dir. Don Letts)
The Great Rock'n'Roll Swindle (1980, dir. Julian Temple, VHS/DVD)
DOA (1981, dir. Lech Kowalski)
Buried Alive (1991, Sex Pistols)
Decade (1991, Sex Pistols)
Bollocks to Every (1995, Sex Pistols)
Filth to Fury (1995, Sex Pistols)
Classic Chaotic (1996, Sex Pistols)
Kill the Hippies (1996, Sex Pistols, VHS)
The Filth and The Fury (2000, dir. Julien Temple, VHS/NTSC/DVD)
Live at the Longhorn (2001, Sex Pistols)
Live at Winterland (2001, Sex Pistols, DVD)
Never Mind the Bollocks Here's the Sex Pistols (2002, Sex Pistols, VHS/DVD)
Punk Rockers (2003, Sex Pistols, DVD)
Blood on the Turntable: The Sex Pistols (2004, dir. Steve Crabtree)
Music Box Biographical Collection (2005, Sex Pistols, DVD)
Punk Icons (2006, Sex Pistols, DVD)
Chaos! Ex Pistols Secret History: The Dave Goodman Story (2007, Sex Pistols, DVD)
Pirates of Destiny (2007, dir. Tõnu Trubetsky, DVD)
Rock Case Studies (2007, Sex Pistols, DVD)


Bibliografi
Anne Beverley, The Sid Vicious Family album (1980, Virgin Books)
Gerald Cole, Sid And Nancy (1986, Methuen)
Alex Cox & Abbe Wool, Sid And Nancy (1986, Faber and Faber)
Keith Bateson and Alan Parker, Sid’s Way (1991, Omnibus Press)
Tom Stockdale, Sid Vicious. They Died Too Young (1995, Parragon)
Malcolm Butt, Sid Vicious. Rock‘n’Roll Star (1997, Plexus)
David Dalton, El Sid (1998, St. Martin’s Griffin)
Sid Vicious, Too Fast To Live...Too Young to Die (1999, Retro Publishing)
Alan Parker, Vicious. Too Fast To Live... (2004, Creation Books)


----------

Nah, begitu.. sampai saya lupa tugas awal saya untuk mencari biografi Jojon -- saya memilih tokoh lawak Jojon untuk tugas aksara tipografi :D
-----------------

Goodbye Sid Vicious..

Jumat, 17 Juli 2009

Tetangga Ilalang Merindu Aspal Otomatis



Tertanda kerikil menjadi kilauan asap knalpot penuh otomatis.
Selayang dianggap biasa lalu biasa layang-layang terbang tanpa arah, sebentar tegak, sesaat menikung, mungkin kamu anggap itu hanya es teh dalam balon, tak bisa terbang nyata tanpa gas, tapi segar, dan kamu tahu arti kesegaran itu apa
dalam hidupku.
Seperti kamu potongkan sebutan geli lainnya, entah apa istilahnya jika aku hanya ingin kembali doktrinisasi gurau bahasa kalbumu.
Suatu detik kamu baca andaikan, retak tulang belakang terdengar senyum dan berbisik diasah pisau daging atau roti.
Angin malam menjadi rangkaian nada sepulang not-not terselesaikan tugasnya.
Melukis aspal lalu mengisi lambung menunduk dan bertanduk.
Di halte hanya mengiringi nada es batu dentingan sedotan dan lenguhkan kesegaran tanpa barbel seberat auman hardcore.
Ucap terserah apa kamu mengartikan, aku hanya menggesekkan telpon genggam di dada lalu tidak tahu itu apa, dan lanjutan kuberikan remote control tersebut untukmu, stop atau continue, maupun game over sebuah kompetisi belaka tanpa landasan hati jembatan yang ternyata untuk sunggingan tulus curahan hati disebut tetangga ilalang bukan taman bunga matahari.
"Kostum yang sama mungkin.."

---
Bogor, sebelum tanggal 16 Juli 2009.
AV'09

Selasa, 14 Juli 2009

Magenta..


Dalam otak hingga terbakar matahari yang telah berubah menjadi ide-ide yang naasnya sebuah benang kusut berwarna hitam.
Menggunakan piyama tanpa corak. Sudah berak. Menahan gerak. Lalu berbunyi, "krak!"
Melepas kacamata lalu tampaklah mata yang sudah lama terpejam menahan melihat hujan di teriknya malam hari berwarna magenta.
Magenta.. begitu ia menyebutnya. Malas, gemuk, dan gentar.

Kamis, 19 Februari 2009

Letter to you: Yusiana Oktavia

Halo, Yusiana Oktavia!

Hahaha, apa kabar lu?

Teman sebangku kelas X di SMAN 3 Bogor. Teman yang dewasa sekali hehe. Seneng bisa berkenalan denganmu, Uci! Teman yang bisa nerima gua apa adanya.. Iya tah? Hahaha, kalau nggak, kita nggak bisa bersahabat seperti ini hehehe.

Adegan lucu awal kita belajar, itu lho yang tempat duduk kita diambil sama si Rosita dan Astut. Hahaha, menggelikan! Kita yang sok-sokan mau ngelabrak mereka karena komuknya si Astut yang jutek itu. Gua yang sok jago tea, nggak taunya, gua gak berani dan nyuruh lu aja yang bilang ke mereka. Hahaha, gak taunya mereka fine-fine aja, tapi gak bisa, terus kita akhirnya duduk di belakang Ocha dan Nita terus si Nay dan Nova yang punya tempat duduk itu protes ama kita terus kita kasih alesan kalo tempat duduk kita juga diambil. Hahaha.

Terus pas belajar, kita diambek sama si Ocha gara-gara kita bercanda apa gitu lupa. Terus kita ambil kesimpulan kalo baikan si Nita daripada si Ocha! Jhahahaha.

Nilai kita yang ancur-ancuran, serasa kita orang yang paling bego di kelas. Hampir setiap pelajaran, gua diremedial. Saat itu juga, gua sedih banget sama diri gua sendiri. Gua langsung berpikir, lu pasti rugi banget duduk sama gua.

Gua yang bego, gua yang males belajar, gua yang ketawa terus. Cuma itu yang gua lakuin. Tapi gua seneng banget ngeliat temen sebangku gua ketawa. Gua bisa buat lu ketawa, tapi maaf kalo gua ngerugiin elu, Ci..

Banyak kejadian-kejadian ajaib yang membuat gua bersyukur mempunyai AUTISO.

Kalau gua ngeliat kalian ketawa, rasanya seneng banget, walaupun gua jadi badut yang ga pinter diantara kalian. Gua cuma bisa ngasih itu. Tawa..

Gua juga seneng banget kalian mau make desain gambar kaos AUTISO hihihi. Maaf ya kalo jelek. Gua cuma bisa ngasih itu ke kalian.

Gua emang lagi pengen melankolis karena setiap kita ketemu pasti selalu ketawa hahaha.

Dan gua kecewa saat ternyata lu udah mulai mau ospek kampus. Sebelum kita kuliah, berarti terakhir kita ketemu pas gua ngasiin frame foto lu ama Diaz. Gua seneng bisa bantu lu, Ci. Maaf kalau hasilnya ga maksimal buat elu. Tapi gua seneng banget bisa denger lu bilang seneng sama hasilnya. Gua seneng banget bisa buat temen gua seneng :)

Makasih ya, Ci, buat semuanya..

Saat-saat yang paling nggak gua suka yaitu saat gua nggak bersama kalian di waktu yang lama banget. Saat kita udah kelas XI, gua yang nggak punya temen yang klop di kelas, sedangkan kalian punya.

Pas istirahat, gua ke kelas elu tapi kelas lu udah gak ada siapa-siapa. Gua sendiri dan gua sedih banget. Gua tuh bener-bener butuh kalian. Gua serasa kehilangan kalian. Gua menyedihkan ya? Hahaha.

Sampe kelas XII kayak gitu. Kadang saat kita kumpul berlima itu kebahagiaannya gak ada yang nandingin. Gua seneng banget kalau udah bareng kalian.

:)


Yogyakarta, 11 September 2008


Aulia Vidyarini

Rabu, 18 Februari 2009

Coretan #14: "I hate my low spirit. Ohh.."

Jika ini adalah hari tamatku..
Maaf, aku belum mengerjakan Sosiologi.
Aku lemah.
Otakku lemah.
I hate my low spirit.

Jika ini adalah hari tamatku..
Maaf, aku belum bayar hutang.

Masih hidup ternyata dan....................

Dan ohh...
semangatku hilang lagi dari sosok yang aku lihat ia melihatku..
Berpapasan dengannya di gerbang sekolah bersama wanita yang ku kenal tapi tidak dekat dan aku mendengar sang pria sedang..
PDKT!

I'm not broken heart but I'm so.. SPEECHLESS..

Coretan #13: "Untuk semua. Amin."

Bapak
Ibu
Mas Riza
Mas Nduh
Yuyung
Cemot
Nongnong
Reni
Irma
Fita
Nanda
Ucceng
Sippa
Ocha
Nuri
Dita
...



Aku harap, aku akan baik-baik saja. Amin.

Coretan #12: "Setelah ISI YK Menerimaku."

Aku diterima di
INSTITUT SENI INDONESIA - YOGYAKARTA
Aku kuliah disana!
Yogya
Yogya
Yogya
Yogya
Yogya!!!
Big dare for me!!!!

Gagal ITB, berangkat ke
ISI
:)
A
U
L
I
A
R
T
amin.
Semoga aku selalu berada di jalan-MU, Ya Allah..

Coretan #11: "Aku Rindu Kalian, AUTISO!"

Saat kita bersama selama satu tahun
Dan kita terpencar selama dua tahun
Lalu aku bahagia masih berada diantara kalian saat ini
Karena kalian yang selalu mengisi waktu-waktu yang tidak terlupakan,
maka..
aku rindu kalian, AUTISO!


Aulia Vidyarini
Yusiana Oktavia
Muthi Vitalasari
Syifa Utari Diah Permatasari
Rossa Amalia Putri




Yogyakarta, 11 September 2008

Aulia Vidyarini

Dialog Satu Raga #1: "Satu Minggu Menjelang ke Yogyakarta."

18 Agustus 2008
Menjelang malam hari


X: Belum tidur?
Y: Tadi sore udah tidur terus bangun, jadi ga ngantuk deh.
X: Terus?
Y: Yaa ga ada kerjaan. Handphone lagi charging.
X: Ada yang menarik dengan hari ini?
Y: Ada! Tadi ketemu cowok ganteng! Sumpah! Sampe sekarang gua masi inget sama dia!
X: Dia ngapain?
Y: Yaa ga ngapa-ngapain. Sempet papasan pas dia mau lewat, gua mau balik arah, ketemu deh langsung. Tinggi! Mirip Matt Tong!
X: Drumer Bloc Party? Mirip dia?
Y: YES!
X: Ketemu dimana?
Y: Di Blossom Outlet.
X: Pengen ketemu lagi?
Y: Iya! Iya!!!
X: Kalo jodoh mah pasti ketemu lagi! Amin.
Y: Amin Ya Allah!
X: Tapi ga gila kan?
Y: Siapa?
X: Elu!
Y: Nggak lah! Dasar..
X: Terus?
Y: Terus apanya?
X: Ya terus sekarang lu mau ngapain?
Y: Bingung! Bingung! Bingung! Bingung! Bingung! Bingung! Bingung! Bingung!
X: Sepi yah?
Y: Iya banget!
X: Udah mau ke Jogja lu?
Y: Iya, kurang lebih seminggu lagi! Cepet banget! Takut!
X: Harus mantap!
Y: Jogja gitu loh! Kan jauh!!!
X: Itu kan keputusan lu! Harus mantap dong!
Y: Iya. Ga mungkin banget gua batalin!
X: Sangat ga mungkin! Mak dar it, lu harus mantepin dari sekarang!
Y: Udah mantep sih sebenernya. Tapi gua harus bener-bener mandiri.
X: Teman-teman?
Y: Mereka pasti bisa mandiri. Nggak kayak gua.
X: Jangan gitu dong! Lu juga harus mandiri! Jangan buat malu temen-temen lu dong!
Y: Ya!
X: Ngantuk ya kayaknya?
Y: Ya. Tapi gua ga mau cepet-cepet besok.
X: Why, dear?
Y: Berarti keberangkatan gua makin cepat.
X: Sedih ya?
Y: Ya. Sangat. Kangen SMA. Tapi bersama mereka. AUTISO.
X: Mereka dimana?
Y: Uchie di NHI. Muthi di Akbid. Syifa di IPB. Ocha di Sahid. Bandung - Bogor - Jakarta - Jogja!
X: Paling jauh lu dong?
Y: Ya. Sangat jauh. Gua ga mau kehilangan mereka.
X: Temen SMP?
Y: Irma di Unpad. Reni nunggu taun depan. Fita di IPB atau Moestopo. Nanda di Akbid. Bandung - Jakarta - Bogor - Jogja!
X: Tetep lu juga yang paling jauh!
Y: Yes, darling! Pegel tangan gua!
X: Sayangnya gua ga bisa mijitin lu.
Y: ~ hoooo. Gua inget cowok yang tadi lagi!
X: Pengen ya lu?!
Y: Siapa yang ga mau?!
X: Hohohoho ~
Y: Ah, palingan juga uda punya cewek yang cewek banget!
X: Emangnya kalo ga punya, lu bisa apa?
Y: Yaaaa.. Seenggaknya khayalan gua ga sia-sia!!!!
X: Pegel ya tangan lu?!
Y: Sangat.
X: Ya sudah istirahat saja.
Y: BORING!
X: :D
Y: Puas lu ketawa?!
X: Nggak.
Y: Hehehemmmmm.
X: ~
Y: ~

Coretan #10: "Gigit Kuku Jari."

Alarm Tidur Khayal Dosa Indah Sedih Kesal Mupeng Jam Tidur Guling Sarung Merem Diam Jangkrik Melek Jam Tidur Nafas Lelah Diam Jangkrik Pria Gambar Empat Indah Tiga Khayal Empat Lucu Akhir Tidur Mimpi Nyata Ingat **** Jantung Jangkrik **** Senyum Jantung Ingin Nyata Ternyata Mimpi **** Lagi Ingin Lagi Mimpi Bukan **** Jam Setengah Enam Mati Alarm Enam Kurang Lima Belas Bangun Uyung Kesal Handuk Mandi Keramas Mimpi **** Ingin Lagi Jangkrik Diam Hanya Diam **** Indah Sudah ***** Entah ***** Dan **** Diam Diam Diam Pagi Baju Seragam Uyung Lama Diam **** Ingin Lagi Mimpi Untuk Nyata **** *** **** *** Kesal PDKT **** *** Gerbang Melihat Cengan Dan Betul ***** Dia *** PDKT **** Kesal Nyengir **** Tidak Ingat Aku Syifa Ocha Muthi Teh Della Makan Spago Hutang Aku Muthi Sepuluh Ribu Makan Enak Kenyang Bersama Rindu Masa Indah **** Bukan Aku Uchie Muthi Syifa Ocha Bersama Tidak Sendiri Indah Tiada Indah Tanpa Teman Kalian Lebih Aku Inginkan Daripada **** Dan ***.

Sabtu, 14 Februari 2009

Coretan #9: "Grogi."

Entah Ya Saja Tidur Gambar Sesal Taik Aku Entah Entah Lelap Taik Tangis Entah Entah Tidak Aku Ngupil Bau Puas Indah Ya Tahu dan Tidur Tidak Taik Dosa Kuliah Musik Ya Hilang Diam Diam Ngorong Uang Khayal Ya Kelabu Teman Sosis Tidur Dosa Ya Teman Semangat Handphone Malas Surga God Ya Kerabat Berisik Ya Nugget Iri Ya Gambar Ya Ya Internet Entah Ya Komik Ya Ya Entah Aku Jangkrik Uang Concept Ya Gambar Terbentang Sosiologi Lagi Neraka Ya Jangkrik Sunyi Minus USM Uang Surga Only God Knows Why.. Taik Not Lagi Dosa Friendster Ya Gambar Blind Perkara Darah Lulus Khayal Entah Ya Taik Itu Taik Diam Produk Desain Ya Ya Esok Kuliah Perkara Ya Ya Visual Entah Friendster Taik USM Ya Entah Kacamata Pulsa Kuliah Ya Uang Indah Ya Kacamata Gelap UAN Ya Hidup Mati Tambah Minus Pulsa Entah Entah Lagi Habis Ya Tambah Kucing Hilang Kembali Ya Sepi Aku Entah Dimana Taik.

Coretan #8: "Mereka bilang aku bodoh, padahal mereka yang bunuh diri."

Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh
Aku tidak bodoh!
Karena aku tidak bunuh diri.

Coretan #7: "Tidur, yuk!"

Sunyi menantang
Detik jam jatuh berdentang
Ketika ku makan kentang
Sambil tidur terlentang
Ditatap langit terbentang
Dan aku terlelap bersama bintang


Copyright Aulia Vidyarini

Coretan #6: "Saat ini hujan deras di otakku."

Yogyakarta, 9 November 2008


Rintik gerimis pun memuntahkan kotorannya
Terlihat hijau daun yang meringis
Kilau mata bocah itu seakan bernaung di got
Oh.. dan ia pun menangis gerimis
Dan kembali menjadi daun kotor
Terinjak hatinya
Teriris meluka
Kasihan, Bu..
Bersyukur aku memiliki air mata
Tak perlu gerimis bila aku menangis
Tak perlu petir bila aku marah
Dan tak perlu mendung bila aku mati...



Copyright 2008 Aulia Vidyarini

Kamis, 12 Februari 2009

Coretan #5: "Mereka bilang, aku utusan neraka."

Aku dan aku
Di samping kananku kaleng soft drink
Di samping kiriku majalah musik
Di depanku kotak crayon
Di belakangku tembok putih besar kumuh menjulang tanpa doa
Aku dan aku
Di belakangku neraka
Di depanku neraka
Di samping kiriku neraka
Di samping kananku neraka
Aku dan neraka



Copyright 2009 Aulia Vidyarini

Rabu, 11 Februari 2009

Coretan #4: "Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar setelah Maghrib."


Sehabis maghrib
Laron-laron berputar di lampu kamar kost
Tulang-tulang remuk setengah tak berdaya
Hanya ditemani handphone
Leluasa
Tidur terlentang menghadap kiblat
Nyawa hanya berharap ada hari esok
Dengan ditemani bisingnya sayap laron di sekitar lampit Kalimantan
Melihat tembok biru polos
Mengenakan baju hitam dan celana pendek kuning
Akankah aku ada terbang bersama lampu?
Menatap tajamnya lampu dengan watt tinggi
Berharap kacamata pecah dan menusuk mata yang terpejam
Kelam
Dan maaf
Laron hanya tersisa satu
Lalu aku memakai sayap-sayap mereka
Untuk sadar
Betapa aku tak bisa terbang
Karena tampak hanya manusia
Tak peduli rasa syukur
Hanya menaruh lengan di kepala
Sambil tiduran
Menunggu adzan maghrib


Copyright 2009 Aulia Vidyarini