Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Rabu, 11 Februari 2009

Coretan #4: "Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar setelah Maghrib."


Sehabis maghrib
Laron-laron berputar di lampu kamar kost
Tulang-tulang remuk setengah tak berdaya
Hanya ditemani handphone
Leluasa
Tidur terlentang menghadap kiblat
Nyawa hanya berharap ada hari esok
Dengan ditemani bisingnya sayap laron di sekitar lampit Kalimantan
Melihat tembok biru polos
Mengenakan baju hitam dan celana pendek kuning
Akankah aku ada terbang bersama lampu?
Menatap tajamnya lampu dengan watt tinggi
Berharap kacamata pecah dan menusuk mata yang terpejam
Kelam
Dan maaf
Laron hanya tersisa satu
Lalu aku memakai sayap-sayap mereka
Untuk sadar
Betapa aku tak bisa terbang
Karena tampak hanya manusia
Tak peduli rasa syukur
Hanya menaruh lengan di kepala
Sambil tiduran
Menunggu adzan maghrib


Copyright 2009 Aulia Vidyarini

Tidak ada komentar: