Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Sabtu, 14 Februari 2009

Coretan #6: "Saat ini hujan deras di otakku."

Yogyakarta, 9 November 2008


Rintik gerimis pun memuntahkan kotorannya
Terlihat hijau daun yang meringis
Kilau mata bocah itu seakan bernaung di got
Oh.. dan ia pun menangis gerimis
Dan kembali menjadi daun kotor
Terinjak hatinya
Teriris meluka
Kasihan, Bu..
Bersyukur aku memiliki air mata
Tak perlu gerimis bila aku menangis
Tak perlu petir bila aku marah
Dan tak perlu mendung bila aku mati...



Copyright 2008 Aulia Vidyarini

Tidak ada komentar: