Awalnya adalah benih
hingga tak sanggup merengkuh nyawa kembali, itu pedih, sangat perih
Gegap suara mengheningkan cipta di bendera berkibar tiap Senin, baru dirasa lirih
Tawa adalah peringatan, petir memperingati gemuruh hujan gelap
Baru dirasa, ya, baru basah
wajah ini tak kunjung mengering, aliran deras sanubari bebatuannya keropos
belum sempat aku selesai menggunting kuku kotor agar lambaian tangan suci,
kau
tak kunjung bernyanyi ketika kupetikkan gitar di rumahmu