Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Selasa, 02 Agustus 2016





Kau adalah manusia paling tidak penting yang pernah singgah
Dan kepalaku dipenuhi hal-hal yang terlanjur tanpa kepentingan untuk hari esok
Maka kau masih bertengger di sana, maksudku, di sini
Muncul di antara spasi-spasi buku
Merusak macam hama, macam hama yang indahnya membuat tertawa geli

Kau adalah manusia paling tidak penting yang pernah singgah
Dan sekarang kepalaku semakin tidak penting
Padahal seperti itu, sayangnya kau tak kunjung membuat janji seperti lalu-lalu
Seperti mencuri-curi waktu tanpa ada yang tahu
Padahal sudah sampai seperti ini, sayangnya kau sudah merasa penting
Jadi kucuri waktu menanyai hal tidak penting seperti hama

Kau adalah manusia paling penting yang sudah tidak pernah singgah
Karena kau adalah jarak, kau adalah ruang, terlanjur bagi manusia sepertiku
Maka segera ambillah barang-barangmu sekarang juga dasar bedebah

Tidak ada komentar: