Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Sabtu, 23 Januari 2010

Gus Mus: Aku tak bisa lagi menyanyi

aku tak bisa lagi menyanyi
bagiku kini tak ada lagi lirik dan musik yang menarik untuk kunyanyikan bersamamu atau sendiri
burung-burung terlalu berisik mendendangkan apa saja setelah mereka merdeka
membuatku tak dapat lagi mengenali suaramu atau suaraku sendiri
taman tempat kita istirahat, becek darah yang seharusnya tak tumpah
jalan-jalan tempat kita mendekatkan hati tertutup dihadang geram dan amarah
malam-malam tempat kita menyembunyikan cinta telah dionarkan kobaran kebencian
daging-daging yang selama ini kita manjakan pun ikut terpanggang api dendam
udara di seputar kita meluapkan bau terlalu anyir
dan lalat-lalat berpesta dimana-mana
bagaimana aku bisa menyanyi?
aku tak mampu meski menyanyikan lagu duka
aku tak bisa mengadukan duka pada duka
mengeluhkan luka pada luka
senar gitarku putus dan aku tak yakin mampu menyambungnya lagi
dan langit pun seolah sudah muak dengan lagu-lagu bumi yang sumbang
maaf, sayang
aku tak bisa lagi menyanyi bersamamu atau sendiri
entah jika tiba-tiba nabi daud datang membawa seruling ajaibnya

-november 1998

Tidak ada komentar: