Aku menginginkan hujan sebagaimana kamu bersorak untuk matahari tetap bersinar Aku berdoa disaat hujan sebagaimana kamu mabuk hingga basah kuyup di trotoar Aku bergelinjang geli di bawah hujan sebagaimana kamu tertawa di atas api unggun Aku menampung air hujan sebagaimana kamu membanjur rumah dengan minyak tanah Aku terpejam kehujanan sebagaimana kamu tidur berkeringat Aku menelan air hujan sebagaimana kamu menelan ludahmu sendiri Aku menyukai hujan sebagaimana kamu bertahan membenci hujan Aku menatap hujan sebagaimana kamu mengerti diriku Aku berbinar atas hujan sebagaimana kamu mematikan rokokmu di atas bumi yang kehujanan Aku terkejut melihat petir diantara hujan sebagaimana kamu muncul di hidupku

Jumat, 15 Januari 2010

Letter to You: (yk01021061av)

Tentang sebuah doa, ingin menengadah tanpa dilihat lemah. Hari ini dibilang mempercayakan akan pikiran sebelum jauhari, ternyata tidak. Biarlah ini semua berjalan tanpa ada apanya, hingga suatu saat nanti pemikiran akan menerawang pada sebuah kenyataan tidak indah sama sekali.
Tentang berdua menjadi sendiri, tentang sendiri menjadi tiada. Sebenarnya saya tidak akan tahu tentang kemajuan hidup, tentang apapun yang akan terjadi di masa mendatang. Bisa sebut suatu ironi atau hampir litotes, "silahkan lewati saja aku,"
karena kenyataan tak menghirau tapi dicipta untuk disambut. Selamat, ya :)

Tidak ada komentar: