Aku Kucil. Seharian yang lalu Harap selalu menyibukkan diri dengan segala ke-sok-sibukannya, entah mengapa terjadi demikian. Mungkin karena aku tak pernah berusaha keras untuk mencari kerja, akan tetapi Harap tak pernah marah padaku tentang hal itu, jikalau marah pun ia pasti mengaku sedang bercanda karena setelahnya ia tersenyum manis padaku. Di saat itu juga, aku baru tahu, tidak selamanya tersenyum manis berarti setuju. Ya, aku tahu, aku mengecewakannya.
Sebulan yang lalu, Harap meminta kaset kosong padaku, maka kuberikan kantong kosong. Seperti yang kuduga, ia hanya melengos dan kembali menonton televisi. Aku selalu memarahi dirinya jika menghabiskan waktu dengan cara menghindari aku. Ia hanya menoleh ke arah dimana aku tidak berdiri disana. Aku dan acara televisi menjadi tidak menarik untuk dipandang, dirinya lebih memilih melihat debu yang tertumpuk tebal dan hanya akan terlihat jika menggunakan kaca pembesar. Ok, satu jam berlalu seperti itu hingga aku akhirnya pergi ke atap.
Disana, aku berpikir. Berpikir dalam-dalam hingga aku tak menemukan apa yang terdalam. Kakiku bergetar, jelas! Itu jelas! Aku sekarang berdiri di atas atap dan tak berani melihat ke bawah, tanah terbawah! Dan harapan terakhirku adalah Harap datang di saat itu juga.
Nyatanya tidak. Harap tak muncul sesuai namanya.
Dialog terakhir yang kuingat, Harap berkata bahwa ketika aku sedang merasa dikucilkan di dunia ini, maka ia akan datang sesuai namanya untuk mengembalikan harapan hidupku. Aku tahu, ia bukan Tuhan, tentu ia tidak akan tahu dimana sekarang aku berada.
Kemudian, dialog terakhir yang tak pernah kuingat, dan akhirnya aku mengingatnya. Adalah Harap melanjutkan kalimatnya; namun aku bukan Tuhan, dimana aku akan terus menjadi yang sempurna, maka maafkan aku jika tak tepati janjiku. Aku berusaha menjadi yang terbaik, bagi diriku sendiri dan sekitarku. Apakah kau tahu, Kucil? Aku selalu ingin mati di dalam rumah yang damai, entah itu jalanan atau box telepon umum. Aku hanya ingin menjadi sederhana, aku pun ingin menjadi yang rumit. Aku ingin menjadi yang rumit hingga sangat rumit dan melihat siapa yang berusaha untuk menyederhanakan hidupku.
Kau sederhana, kau bahagia. Maka pergilah ke ruang televisi menemaniku duduk manis menertawakan dunia ini yang terekam dalam dua belas inch yang kita miliki. Suara Harap membuatku menoleh dari kegelapan yang telah kubuat sendiri, dan seperti itulah dirinya menjadikanku untuk lahir kembali dengan harapan baru.
Terimakasih, Wanita. Terimakasih untuk siapapun yang melahirkan tanggal 22 Desember.
- Anak tunggal dari ibunya Kucil.
---
Copyright 2011 Aulia Vidyarini
Untuk cerita Kucil dan Harap lainnya bisa dilihat di http://www.facebook.com/aulia.vidyarini/notes :)
Minggu, 25 Desember 2011
Sabtu, 17 Desember 2011
Tentang Tantang 2012
Sedangkan kalimat jatuh ketika saya sudah mulai jatuh tertanam tanah yang digali sendiri di akhir 2011, kemudian berpikir tentang uang yang dikeluarkan orang tua belum balik modal. Akhirnya bangkit lah saya dari kubur!
Karena setelah ini kita akan holidaaayyy, holidaaayyyyyyyyyy!! :D
//Soundtrack: Arcade Fire - Wake Up
---
Copyright 2011 Aulia Vidyarini
Kamis, 01 Desember 2011
Blender Ibunya //Rcaukmrau
Saya berencana untuk bikin lagu gitu, sejenis musikalisasi puisi atau apalah, hanya saja ini baru tahap pembuatan liriknya, hahahaha :p
Buat asik-asikan aja sih, nama Racau Kemarau juga mungkin bisa berganti lagi, hahahaha (lagi) :p (lagi)
"Blender Ibunya"
by Racau Kemarau
Ibunya kemarin beli blender
Anaknya kemarin beli narkoba
Anaknya tahu cara menggunakan blender
Ibunya tak tahu cara menggunakan narkoba
Ibu dulu tak kenal narkoba
Anak dulu sudah kenal blender
Lalu ia memblender narkobanya
Dicampur uang receh
Dicampur ijazah SMP
Dicampur perhiasan ibu
Dicampur semuanya tanpa takaran
Ibu beli blender buat jualan jus
Anak beli narkoba bukan buat jualan jus
Tapi karena ibu beli blender buat jualan jus
Anak jualan jus narkoba pakai blender ibunya
Ibunya dipenjara
Anaknya diam
Ibunya punya rumah baru 3 x 3 dibagi 9
Anaknya menangis
Anaknya menangis sebulan dua bulan
Sebulan dua bulan anaknya tak beli narkoba
Ia menangisi ibu karena tak meninggalkan uang sepeserpun 'tuk beli narkoba
Anaknya sakaw
Ibunya tidak sakaw
Anaknya mati sendiri
Ibunya mati bersembilan
---
Copyright 2011 Aulia Vidyarini
Langganan:
Postingan (Atom)